dunia aira, me myself

MalaiKat keCiLnya boEnda

lahirnya malaikat kecil boenda lebih cepat 10 hari dari perkiraan, semua berawal dari:

Jum’at pagi (12 Juni 2008)

Seperti biasa jam 6, di pagi hari boenda jalan-jalan pagi, belum ada 15 menit perut mulai terasa kencang, karena takut terjadi apa-apa di jalan, boenda pun pulang ke rumah (padahal biasanya boenda jalan itu sekitar 20-30 menit)

di rumah, boenda coba untuk istirahat, mempraktekan apa yg udah boenda pelajari sewaktu senam hamil. Boenda coba bawa tidur, tapi perut masih saja terasa kencang, sekitar jam setengah 8an boenda muntah-muntah, banyak sekali cairan yg keluar, boenda coba rebahan lagi, tapi ga brapa lama kejadian lagi muntah-muntah dengan jumlah cairan yg ga kalah banyaknya

helper mulai khawatir, krn pengalamannya dulu muntah-muntah itu pertanda dy mw persalinan..boenda coba tahan, atur nafas, rebahan, tp perut tetap saja terasa kencang, sesak, mual

karena udah ga tahan lagi plus khawatir terhadap kondisi janin, ayah kemudian buru-buru membawa boenda ke rumah sakit, untungnya segala tetek bengek yg dibutuhkan untuk persalinan, udah dipersiapkan jauh-jauh hari, jadi ga perlu ada episode buru-buru memasukkan barang

sesampainya di rumah sakit, boenda kembali muntah, apapun yang masuk ke mulut boenda ga berapa lama pasti keluar lagi. Diperiksa dalam oleh bidan, memang kontraksi tapi bukan kontraksi persalinan, belum ada pembukaan sama sekali padahal rasa sakit di perut udah ga bisa digambarkan lagi deh plus sesak. Boenda pun akhirnya diberi cairan infus, mencegah terjadinya dehidrasi

boenda pun kemudian di rawat inap kan, karena pihak rumah sakit ingin memastikan yg terjadi. Boenda mulai memberitahukan kondisi yg terjadi ke orangtua di jakarta dan mertua di semarang. Kedua pihak segera mengambil tindakan membeli tiket transportasi ke jember. Setelah diperiksa darah, diketahui boenda sakit thypus. Oleh dsog diberi opsi: 1. disembuhkan dulu thypusnya kemudian pulang ke rumah menunggu hari perkiraan lahir si bayi (24 juni 2008) atau 2. sekalian melahirkan dengan cara di induksi via vagina, pertimbangannya si bayi toh sudah dalam kondisi siap lahir..dsog ga memberikan opsi untuk SC karena baginya ga ada indikasi medis yang menyebabkan boenda harus SC

sampai malam hari, rutinitas boenda hari itu adalah muntah muntah muntah dan muntah, tidur pun ga bisa nyenyak, paling lama tidur itu 1 jam saja. Kami pun mulai mempertimbangkan masak2 kemungkinan untuk sekalian melahirkan, tapi opsi cenderung ke SC (karena boenda secara psikis mulai takut untuk melahirkan normal) tapi bagusnya, dsog bunda bilang:

“mba, setiap wanita itu PASTI BISA melahirkan normal, sepanjang ga ada indikasi medis yang serius, karena Tuhan sudah menciptakan komposisi tubuh untuk wanita melahirkan secara normal”

saat mama papa dan adiknya boenda datang, mereka juga mendorong boenda untuk melahirkan secara normal, segala argumen dikerahkan untuk menguatkan hati boenda. ayah?karena udah ga tahan liat boenda kesakitan, dy pun mulai mempertimbangkan opsi persalinan SC

smalam suntuk boenda susssaaaah bgt untuk tidur, setiap masuk makanan pasti keluar, masuk makanan keluar lagi (padahal banyak makanan yg enak2) mama papa vivi nyampe jember jam 1 dini hari, takut ga ngikutin prosesnya katanya

Sabtu, 13 Juni 2008

diskusi ttg normal/SC masih berlanjut hingga pagi hari saat dsog visite jam 8 pagi, adu argumen lah antara ayboend dan dsog, dsog tetap pada keyakinannya untuk persalinan normal, dy pun meyakinkan boenda bahwa induksi itu tidak seseram orang kbanyakan bilang. Induksi menjadi terasa sakit karena ritme kontraksinya dibuat teratur, kl orang lain kontraksinya perlahan-lahan, kl induksi ritmenya stabil 10 menit skali hingga brapa menit skali

Setelah diskusi yg cukup panjang, boenda akhirnya memantapkan diri untuk melakukan persalinan secara normal dengan bantuan induksi, induksi akan dilakukan pukul 10.00 melalui vagina dengan jarak pemberian 6 jam sekali dan dosis yg sangat kecil (boenda lupa berapa takaran dosisnya). Apabila 6 jam pertama induksi ga menghasilkan pembukaan, diberikan dosis berikutnya jika tetap belum juga ada pembukaan, induksi akan diberikan melalui selang infus..yah, bismillah…..

episode muntah tetap saja berlangsung, hanya saja frekuensinya berkurang mungkin karena dsog meresepkan obat untuk mengurangi rasa mual. Efek induksi belum begitu terasa hingga sore hari. Sampai jam 4 sore, belum juga ada pembukaan, maka diberilah dosis induksi berikutnya.

Di saat mertua dan kakak ipar sampai di RS (sekitar jam 7an) efek induksi mulai terasa. Perut terasa kencang. Tepat jam 10 malam (12 jam pemberian induksi) terjadi pecah ketuban, ketuban mulai merembes bnyk, dan mulai ada pembukaan

Minggu, 14 juni 2008

setelah terjadi pembukaan pertama, rasa sakit persalinan mulai terasa, masih bisa boenda tahan sih, rasanya seperti sedang mengalami pre-menstrual syndrome aja, tapi begitu jam 3 dini hari rasa sakitnya luaaarrr biaaasaaa!! bisa dibilang benar-benar meregang nyawa, sulit bernafas, perut terasa kencang

di saat genting itu, ada kejadian unik. Saking ga tahannya dgn rasa sakit yg boenda alamin, boenda teriak2 (jangan ditiru! teriak2 justru bikin energi kita terkuras percuma) ayah mencoba menenangkan boenda sambil mengingatkan teknik pernafasan yg di dapat di senam hamil, papa mengelus-elus punggung boenda, mama salat tahajud mendoakan kelancaran persalinan boenda. Secara tidak sengaja, papa memencet tombol pemanggil suster. Datanglah bidan dan suster yg sedang jaga malam. Dilihat dari waktunya, kata bidan ga mungkin udah pembukaan besar. Tapi sekitar jam 4 kurang, boenda terasa ingin buang air besar. Bidan jaga yg tadinya yakin blm ada pembukaan besar, kemudian mulai curiga, diambil lah peralatan untuk memeriksa dalam, saat diperiksa ternyata boenda udah pembukaan 8!

Bidan jaga kemudian menginstruksikan ke suster untuk menelepon dsog dan mempersiapkan ruang persalinan. Waaah itu bener2 kaya orang ngeden mw BAB deh! bidan selalu mengingatkan “jangan ngeden, jangan ngeden, tahan! atur nafas mba ayo diatur nafasnya”

sembari menunggu dsog datang, boenda langsung dibawa ke ruang persalinan, ga membutuhkan waktu lama untuk boenda menunggu, dsog datang dan 15 menit kemudian tepat saat qomat azan subuh berkumandang lahirlah malaikat kecilnya boenda, lahir dengan berat 3.65 kg panjang 51 cm

kulitnya bersih, berwarna merah, hidung mancung dengan rambut keriting…aaaahh surga dunia!

begitu lahir, pihak RS segera melakukan IMD, malaikat kecilnya boenda hanya ditutupi kain dan topi diletakkan di perut boenda. Beberapa saat dy terdiam dari tangisnya kemudian mulai mencari puting boenda sesekali menangis kemudian terdiam. Setengah jam waktu yang dy butuhkan untuk menggapai puting boenda (pengen mejengin poto IMD nya siiih, tp ga etis ah,..)

setelah IMD selesai, plasenta digunting lalu ayah menggendong untuk kali pertama dan mengazankan malaikat kecilnya boenda, sembari berdoa agar malaikat kecilnya boenda menjadi anak yang salehah.

Soal nama??huehehehe meski udah mencari calon nama sejak usia kehamilan 7 bulan, tetap saja di hari H, malaikat kecil boenda bernama

“by Ershy”

3 thoughts on “MalaiKat keCiLnya boEnda”

  1. Boenda, melahirkan di Jember ya? Kayaknya dsognya pro normal dan pro asi juga ya? Boleh infonya ga rumah sakit dan dsog-nya? 🙂
    Kebetulan saya LDR-an sama suami, saya di Jakarta dan suami di Jember. Walaupun keluarga besar di Bandung, tapi saya pengennya lahiran deket suami.

Leave a reply to asri Cancel reply