Berawal dari twitnya kak melinda @msaksa yg bercerita ttg ditutupnya unitlinknya, boenda jadi tersenyum miris heeee miris inget pengalaman nutup unitlink 1 bulan yg lalu, miris mengingat kejadian awal kami membuka unitlink hampir 3 tahun yg lalu. Menginvestasikan sesuatu yg kami belum paham betul jenis investasinya, demi nama pendidikan buat anak
ahiya, sebelom melantur terlalu jauh, boenda ganti aja ya tulisan “unitlink” dengan asuransi pendidikan, karena tulisan ini memang akan bercerita ttg asuransi pendidikan yg kami tutup
Dulu, beberapa bulan setelah Aira lahir, ayah sama boenda tersadar bahwa kami harus menyimpan dana untuk pendidikan anak, kami ingin tinggal ongkang ongkang kaki di saat ada kebutuhan untuk bayar uang masuk, uang gedung dan sgala uang yg biasanya di awal masuk sekola memerlukan dana besar. Kemudian kebetulan, saat ayah ke bank, ayah lihat ada penawaran “asuransi pendidikan” kerjasama bank itu dgn sebuah perusahaan asuransi. Ga langsung apply sih, cuma dibawa brosurnya ke rumah terus diskusi, adu argumen deh, ayah merasa belum perlu tapi boenda merasa harus punya *plak*. Saat itu boenda cuma mikirnya “harus nabung” tanpa tau betul apa itu asuransi pendidikan. Beberapa hari kemudian kami berdua ke bank tersebut lalu ke financial advisor asuransi pendidikannya, dijelasin macem-macem *yg kami juga sbenernya ga begitu paham* apply kami pilih pembayaran 1x dalam setahun senilai sekian belas juta, lalu selesai. Prosesnya memang cepat, dan kami berdua pada saat itu senang. karena merasa “sudah menabung”
Sampai kemudian menjelang tahun kedua pembayaran, boenda mulai belajar soal financial planning dari blognya @darina_danil @indahkurniawaty dari twitternya @mrs_hananto, dari webnya @aidilakbar dari situ mulai deh sadar udah salah buka asuransi pendidikan, diskusi sama ayah, saat itu ayah masih keberatan untuk menutup aspend nya Aira karena akan kena potongan banyak dari jumlah yg sudah kami setorkan. Ayah juga berpikirian biarlah aspend menjadi salah satu instrumen investasi kami. Konon kan katanya, dont put ur money in 1 basket yak, jadi ya sudah aspend tetap berjalan, sementara boenda mulai buka beberapa reksadana berbeda untuk setiap tahapan pendidikan Aira.
Kalau ditanya apa salahnya buka asuransi pendidikan?
boenda ga bisa jelasin secara detail, karena merasa bukan ahlinya dalam hal tsb, tapi sederhananya, setelah kemudian kami hitung-hitung kembali dana pendidikan Aira di setiap tahapannya (playgroup, TK, SD, SMP, SMA, kuliah) ternyata asuransi pendidikan ga bisa mengcover, alih-alih pingin ongkang-ongkang kaki aja eeeeh ntar kami juga masih harus nambahin kekurangan uangnya. Kok gitu bukannya asuransi pendidikan di tahun sekian akan bisa memberikan sekian juta? hehehehe dulu kami juga berpikiran gitu, salah satu hal yg dulu membuat kami buka asuransi pendidikan adalah sekian juta nya itu yg bisa kami dapetin skian tahun lagi.
Kami saat itu ga berpikir, skian juta itu memang terasa sangat besar untuk saat ini. Tapi apa sekian juta itu juga bernilai besar untuk skian tahun yg akan datang??? apalagi mengingat inflasi di dunia pendidikan bs 20% tiap tahunnya.
Asuransi pendidikan kan juga kasih “asuransi kesehatan” untuk Aira yg kalo sakit bisa diganti biaya perawatannya,..
dulu juga kami *utamanya boenda* mikirnya gitu bisa double claim dgn asuransi dari kantor ayah. tapi semakin hari semakin merasa ga butuh itu asuransinya. Investasi yg mulanya kami niatkan full untuk dana pendidikan anak malah jadi kesedot untuk hal yang sebenernya kami ga butuh, karena sudah ada asuransi kesehatan dari kantor itu tadi.
Itulah kemudian yg bikin ayah dan boenda belajar lebih banyak lagi, investasi apa sih yang bisa mengcover kebutuhan dana pendidikan Aira? + investasi tersebut sreg di hati. Karena jujur, ternyata ayah kurang suka kalo boenda investasi di reksadana. Alasannya, ada unsur ribawi nya. Dari situ boenda mulai punya pikiran investasi logam mulia (LM) dan dinar. Tapi karena belum tau banyak soal investasi ini, boenda banyak nanya ke temen yg kerja di BSM urusan gadai emas, memantengi terus twitternya @ahmadghazali dan @endykurniawan plus baca buku #ThinkDinar nya @endykurniawan, baca-baca webnya @salma_dinar nanya-nanya ke @alyahzie dan @ginapriadini. Karena boenda ga mau terulang kesalahan yang sama, menginvestasi pada sesuatu hal yg ga boenda pahami.
Ayah juga begitu, ayah ikutan baca buku Think Dinar. Dari hasil bacaan itu, ayah lalu bilang “ayo bunda, kita tutup a*a m**d**i nya aira, kita beli LM, boenda juga tutup aja itu reksadanannya semua, nanti kita mulai cicil dinar” Subhanallah hihihihi seumur-umur pernikahan kami, baru kali ini kami bisa seiya sekata tanpa ada adu argumentasi.
Kenapa LM dan dinar? sederhananya dari jaman Rasulullah ribuan tahun yang lalu 1 dinar emas itu bisa beli 1 ekor kambing, saat ini pun dengan 1 dinar emas masih bisa beli kambing 1 ekor ukuran besar. Artinya apa? LM dan dinar telah terbukti stabil nilainya selama ribuan tahun =)) bahkan ya kalau kita berpikir dgn dinar, segala sesuatu malah jadi murah lho! mau tau? sila baca buku “Think Dinar” nya @endykurniawan disitu dipaparin a-z ttg investasi soal LM dan dinar ini yak =P
Memang sih, salah satu – nya investasi LM maupun dinar ini itu sulitnya menyimpan dengan aman. Tapi kan safe deposit box di bank, jadi ya so so deh ditutup deh tuh asuransi pendidikan dan semua reksadana beralih ke LM dan dinar.Walau nyesek juga ya saat nutup asuransi pendidikannya, 50% dari total yg udah kita setorkan lenyap bok! (T_T)
tapi ya udahlah, daripada makin lama nutupnya makin banyak kehilangannya belum lagi kehilangan oportunity lost investasi aktif nya, mending ilang belasan juta sekarang, nyeseknya jadi sekarang aja dah gapapa =’)
-siBoenda-